Sementara Dhofier menyebutkan bahwa menurut Profesor Johns, istilah "santri" berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji, sedang C C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci Agama Hindu.
Demikianlahadab-adab pelajar kepada guru dalam pandangan KH. Hasyim Asy’ari, bila etika-etika tersebut dijalankan dengan baik, maka sangat besar peluang murid untuk mendapatkan keberkahan dan ilmu yang bermanfaat. Dengan adab-adab tersebut para ulama bisa sukses dalam belajar. Semoga kita sedikit-sedikit bisa meneladaninya.
Dalamhal ini, Sayyidina Ali pernah berkata “Aku merupakan budak (hamba) bagi orang yang mengajariku satu huruf dari Al-Qur’an”. Ketertundukan pada kiayi atau guru inilah yang menyebabkan para santri akan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh sang kiayi tersebut, karena menganggap adanya kadar kebenaran yang tersirat dari perintah
Masabelajar. Setelah ayah Imam Syafi’i meninggal dan dua tahun kelahirannya, sang ibu membawanya ke Mekah, tanah air nenek moyang. Ia tumbuh besar di sana dalam keadaan yatim. Sejak kecil Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra sampai-sampai Al Ashma’i berkata,”Saya mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda dari Quraisy
Kisah-kisah yang bermuatan positif, menarik, dan berbobot sangat diperlukan untuk pembentukan pribadi anak. Maka sangatlah baik apabila anakanak diajak membaca kisah-kisah Islami yang sudah pasti membawa banyak hal positif. Buku ini berisi kisah-kisah Islami yang bersumber dari hadis dan Al-Qur an. Kisah-kisahnya penuh hikmah, patut dijadikan pelajaran
Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. loading...Ustaz Miftah el-Banjary, Dai yang juga pakar ilmu linguistik Arab dan Tafsir Al-Quran asal Banjar Kalimantan Selatan. Foto/Ist Ustaz Miftah el-BanjaryPakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'anDikisahkan di Tarim Yaman terdapat satu pesantren yang terkenal bernama "Rubath Tarim". Pesantren ini telah melahirkan puluhan ribu ulama yang tersebar di seluruh dunia. Di sana para santri diajarkan berbagai macam ilmu, khususnya spesifikasi ilmu Fiqh sebagai pesantren itu pula ada seorang santri , sebut saja namanya "Fulan". Fulan ini merupakan seorang santri yang menetap 13 tahun bersama Habib Abdullah bin Umar as-Syatiri dan sangat cerdas, kuat hafalannya, tangkas dan rajin. Ia menjadi santri yang sudah mencapai derajat Mufti saking pintarnya. Ia juga hafal semua Mas'alah Fiqhiyah yang terdapat dalam Kitab "Tuhtatul Muhtaj" sebuah kitab yang tebalnya 10 jilid cetakan Darul Diyha atau 4 jilid cetakan Darul Kutub Ilmiyah. Baca Juga Kesehariannya di pesantren, si Fulan ini disukai oleh teman-temannya, sebab ia dibutuhkan oleh rekannya untuk menjelaskan pelajaran yang belum dipahami serta mengajar kitab kitab lainnya. Hampir 13 tahun menjadi santri Rubath Tarim tentu saja hampir dipastikan kapasitasnya ia termasuk ulama besar . Namanya pun tersohor hingga keluar pesantren bahwa ia termasuk calon ulama besar yang akan muncul akhirnya Setan mengelabui si Fulan, ia pun merasa orang yang paling Alim. Bahkan ia merasa kualitas dirinya sejajar dengan kealiman guru besarnya. Tidak cukup sampai di situ, kesombongan itu berlanjut hingga ia berani memanggil gurunya dengan namanya saja "Ya Abdullah Duhai Abdullah"! Na'udzubillahi min dzalik. Di mata para Ahli ilmu, hal ini merupakan tindakan yang sangat sangat tercela dan kesombongan yang سيدي الشيخ محمد بن علي باعطية الدوعني من نادى شيخه باسمه لم يمت حتى يذوق الفقر المعنوي من العلم"Barang siapa ya memangil gurunya dengan sebutan namanya langsung tidak mengagungkannya ketika memanggil maka dia tak akan meninggal, kecuali sudah merasakan hidup yang faqir baik dalam ilmu maupun materi." Melihat kesombongan si Fulan, Habib Abdullah As-Syatiri sabar dan memilih diam saja. Syidi Syeikh Muhammad bin Ali Ba’atiyah mengatakan "Diamnya seorang guru saat muridnya tidak sopan pada gurunya, tetap akan mendapatkan Adzab dari Allah."Kesombongan itupun berlanjut, si Fulan pada suatu hari akan keluar dari Rubath Tarim menuju Kota Mukalla untuk berdakwah. Ia pun keluar dari pesantren begitu saja tanpa minta izin kepada Habib Abdullah As-Syatiri. Hingga pada saat "Madras Ribath" sebutan untuk pengajian rutinan di rubath Tarim, Habib Abdullah menanyakan keberadaan si Fulan yang biasanya duduk di depan, namun tidak kelihatan. "Kemanakah si Fulan?" Sebagian murid yang mengetahui menjawab "Si Fulan sedang berdakwah ke Kota Mukalla". Habib berkata "Apakah dia izin kepadaku?", sontak murid yang lain diam saja. Dan Habib Abdullah kemudian berkata "Baiklah, kalau begitu biarkan si Fulan pergi akan tetapi ilmunya tetap di sini!"Di sisi lain di Kota Mukalla Yaman, para ahli ilmu dan thalibul ilim dan para pecinta Habib Abdullah as-Syatiri yang mendengar bahwa si Fulan santri senior Rubath Tarim akan mengisi ceramah di Masjid Baumar Mukalla Qadim, mereka pun berbondong-bondong datang, mereka pun mempersilakan si Fulan untuk memberikan Fulan naik ke mimbar dan memulai isi ceramahnya, ia memulai dengan "Basmalah, hamdalah, shalawat kepada Nabi amma ba'du. Kemudian ia membaca sebuah ayatوما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون٥٦ وما أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون ٥٧ إن الله هو الرزاق ذو القوت المتين ٥٨ سورة الذارياتKetika ingin menjelaskan ayat ini. Namun, ternyata dia terdiam seperti kayu yang berdiri tegak dan kebingungan tak mampu berbicara menjelaskan ayat tersebut. Hingga dia duduk lima menit dia terdiam di hadapan jamaah di hadapannya dia menoleh ke jamaah dan mereka juga memandang si Fulan. Hingga akhirnya dia duduk menangis karena semua ilmu yang pernah ia hafal hilang seketika. Bahkan kitab kecil Safinatun Najah tak hafal satu kalimat pun apa lagi kitab Tuhfah yang awalnya telah dihafal .Ketika di Ribat bagaikan unta yang sangat mahal hargaya karena mempunyai keistimewaan dan kelebihan sendiri. Jamaah yang melihatnya kaget melihat itu. Salah satu ahli ilmu di Kota Mukalla yaitu Habib Abdullah Sodiq Al-Habsyi, beliau pernah mondok mencari ilmu di Ribat Tarim selama 9 tahun beliau mengerti bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres dari si Fulan. Kemudian datanglah kabar bahwa si Fulan telah isa'atul adab berbuat kurang baik terhadap gurunya. Ia pun bertanya pada si Fulan, setelah mendengar penjelasannya, si ahli ilmu menasehati agar ia si Fulan minta maaf pada sang maha sudah dikuasai oleh setan, ia pun enggan untuk tawadhu dan minta maaf pada sang guru . Hidupnya pun bertambah tragis, ilmunya sudah hilang dan tanpa ada keluarga yang mau menerimanya tanpa teman yang peduli pada nasibnya.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID NU-hgIK8jkt5zFa_fQSqlVckQrKwfdYZCn1ijn2_8V7RuwoG2noezg==
loading...Ustaz Saeful Huda, dai lulusan Darul Musthafa Hadhramaut Yaman. Foto/Ist Setiap murid wajib menunjukkan adab dan penghormatan yang tinggi kepada gurunya. Jika tidak ada adab maka ilmu yang didapat pun tidak akan berkah. Ilmu layaknya madu yang sulit untuk didapat kecuali di tempat bersih dan menerimanya pun harus dengan hati yang bersih. Berikut kisah para ulama ketika mendidik murid dan santrinya. Kisah ini diceritakan Ustaz Saeful Huda Dai lulusan Darul Musthafa Hadhramaut Yaman. Baca Juga "Kita ini beruntung, guru-guru kita tidak memberikan kita ujian yang berat seperti ujian yang diberikan ulama-ulama terdahulu. Karena mereka tahu hati kita lemah, iman kita lemah tidak seperti santri-santri zaman dahulu," kata Ustaz Saeful Huda .Diceritakan Habib Ali Bin Abdullah Assegaf ketika jauh-jauh datang dari Hadhramaut ke Malibar India untuk berguru kepada Habib Ali Bin Abdullah Alaydrus. Sesampainya ia di depan rumah gurunya dan mengucapkan salam, Sang guru yang waktu itu sedang makan di lantai dua menyuruh khodamnya pelayannya melihat siapa yang ada di depan pintu."Seorang pencari ilmu dari Seiwun-Hadhramaut Habib, namanya Ali Assegaf," jawab itu, Habib Ali Alaydrus mengambil air bekas cuci tangannya dan memberikannya kepada khodamnya. "Ambil air ini dan siramkan kepadanya." Dengan segera si khodam mengambil air kobokan itu dan menyiramkannya ke tubuh Habib Ali Assegaf dari lantai dua. "Mbyuurrr..." Setengah jam kemudian Habib Ali Alaydrus memanggil khodamnya lagi."Coba lihat.. Apakah orang itu masih ada di bawah". Baca Juga Khodamnya melihat ke bawah dan ternyata pemuda itu masih berdiri mematung di depan pintu. Malahan ia masih menunduk penuh takzhim. "Masih Ya Habib, dia masih ada di bawah," jawab khodamnya."Sekarang bukakan pintu untuknya," ujar Habib Ali ketulusan dan keteguhannya itu, kelak Habib Ali Assegaf menjadi salah satu murid kesayangan Habib Ali Alyadrus. Sebagian ulama terdahulu memang mempunyai cara tersendiri dalam menguji keteguhan dan ketulusan santri-santrinya. Tentunya cara-cara 'aneh' yang mereka tempuh dalam mendidik tak lepas dari maksud dan tujuan yang mulia, yang sering kali tak bisa kita ketahui dengan pemahaman dan cara berpikir lain diceritakan, Syaikhona KH Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan merupakan salah satu dari ulama yang mendidik murid-muridnya dengan cara-cara unik. Dulu ia mempunyai santri asal Magelang, Manab namanya. Selama liburan, karena termasuk dari golongan yang tak mampu dan tak pernah mendapat kiriman dari orang tuanya, ia bekerja di sawah sekitar pesantren untuk mengumpulkan beberapa ikat padi yang akan ia gunakan sebagai 'sangu' selama mengaji kepada Syaikhona Kholil .Sesampainya di Demangan, kebetulan Syaikhona Kholil waktu itu sedang duduk di luar rumahnya, melihat santrinya datang membawa dua karung beras, beliau berkata "Kebetulan ayam-ayamku masih belum makan".Manab lekas memahami keinginan Kiyainya, tanpa menunggu lama ia menaburkan beras dua karung itu di kandang ayam-ayam Syaikhona Kholil . Hasil jerih payahnya berbulan-bulan ludes pada waktu itu juga. Sebagai ganti beras itu, Syaikhona Kholil menyuruhnya untuk mengumpulkan daun mengkudu sebagai makanan sehari-harinya. Santri bernama Manab itu kelak menjadi ulama besar di zamannya, mendirikan pesantren yang memiliki ribuan santri hingga saat ini, ia dikenal dengan KH Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Baca Juga Lain lagi yang dialami santri bernama Muhammadun. Sehari sebelum santri asal Lasem itu datang ke Bangkalan, Syaikhona Kholil menyuruh murid-muridnya untuk membuat 'kurungan' ayam. Keesokan harinya Syaikhona Kholil menyambut kedatangan Muhammadun lalu memerintahkannya untuk menjebloskan diri ke dalam kurung ayam itu. Sam'an wa tho'atan ia laksanakan perintah sang guru tanpa protes sedikitpun. Kelak ialah yang akan menjadi salah satu jago tanah Jawa, menjadi Kiyai Alim nan Kharismatik yang dikenal dengan Mbah Kiyai Maksum asal Tambak Beras Jombang bernama Abdul Wahhab malah memiliki pengalaman yang seru dan menegangkan. Ketika baru sampai di gerbang pondok Syaikhona Kholil , ia disambut oleh puluhan santri yang membawa celurit dan pedang dan hendak menyerangnya. Tentu saja ia lari terbirit-birit. Ternyata Syaikhona Kholil sudah mewanti-wanti para muridnya untuk bersiaga di hari itu, kata beliau akan ada 'Macan' yang hendak memasuki area pondok. Dan sialnya, Santri baru bernama Abdul Wahhab itu yang Syaikhona Kholil tuduh sebagai 'Macan' hingga ia menjadi target serbuan para santri .Esok harinya ia kembali lagi, masih juga disambut dengan celurit dan pedang. Ia belum menyerah, ia mencoba lagi di malam ketiga, dan di malam itu ia berhasil memasuki area ponpes. Karena kelelahan ia tertidur di Mushalla Pesantren, Syaikhona Kholil lalu datang dan malam itu, ia resmi diterima menjadi santri Kiyai Kholil. Di masa depan, ialah yang akan menjadi macan NU. Pengasuh Pesantren Tambak Beras yang kita kenal sebagai Kiyai Wahhab Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad , "Orang yang mencari ilmu itu ibarat orang yang membawa wadah untuk meminta madu. Jika ia membawa wadah yang kotor, apakah sang pemilik madu akan menuangkan madunya untuknya? Tentunya ia akan menyuruhnya untuk membersihkan wadahnya terlebih dahulu".Itulah hakikat ilmu layaknya madu, sedangkan Hati kita adalah wadah untuk 'menampaninya' menerimanya. Semakin besar rasa takzhim dan keyakinan kita terhadap guru kita, semakin besar pula wadah yang kita dan pertolongan Allah yang akan kita peroleh lewat guru kita tergantung rasa takzhim, keyakinan dan cara pandang kita terhadapnya. Semoga kita tetap bisa menjaga adab dan sikap takzhim terhadap guru dan ulama kita. Baca Juga Wallahu Ta'ala A'lamrhs
Dalam belajar atau menuntut ilmu di pondok pesantren, ada adab-adab yang harus dilaksanakan oleh santri, antara lain adab santri terhadap kiai guru, agar santri dapat berhasil dan mendapatkan ilmu yang banyak dan barokah, santri harus melaksanakan adab yang sudah ditentukan. Disini saya akan sedikit berbagi ilmu dari pengalaman yang diberikan bapak kiai kepada saya, ada 10 adab murid kepada guru, yaitu 1. Murid harus mempunyai iktikad, maksudnya murid tidak akan berhasil kecuali melalui guru, jika murid akan pindah pada guru lain, hal itu menjadi sebab terhijabnya atau terhalangnya nur hudayah guru, kecuali dapat izin dari guru. 2. Harus pasrah apa yang diridhoi guru, serta patuh kepada guru dan bersungguh-sungguh ridho dan ikhlas hati karena Allah, tidak bisa berhasil kecuali taat dan patuh pada guru. 3. Apa bila ada pertentangan atau beda pendapat keinginannya murid dengan guru, baik semua masalah atau sebagian, maka murid harus meninggalkan keinginannya itu, karena menentang guru sama saja menghilangkan barokah dan menjadi suul khotimah akhir yang tidak baik, kecuali guru memberi kebebasan pada murid. 4. Harus menjauhi apa yang tidak disukai guru dan ikut benci apa yang tidak disukai guru. 5. Jangan sekali-kali menerjemahkan mimpi atau lambang-lambang, lebih baik ditanyakan guru terlebih dahulu, tetapi jangan sekali-kali bertanya tentang jawabannya dan lebih baik menunggu jawabannya lain hari, dan apabila tidak ada jawaban lebih baik diam saja, jika guru tidak memberi jawaban itu adalah hikmahnya dan apabila murid disuruh guru untuk menerangkan sesuatu, maka murid harus cepat-cepat menjawab secukupnya saja, jangan bertele-tele atau banyak bicara. 6. Berbicara pelan didepan majelis atau dalam rumah guru, dan jangan sekali-sekali banyak bicara atau tanya jawab kepada guru, karena dapat terhijabnya atau tertutupnya nur hidayah dan itu tidak termasuk adab yang baik. 7. Apabila hendak kerumah guru jangan sampai tiba-tiba, lebih baik bertanya atau memberi tahu terlebih dahulu kepada guru, dan jangan kerumah guru apabila guru masih beristirahat, dan apabila kerumah guru bilang seperlunya saja, dan apabila guru menyuruh pulang nanti saja, murid harus mengikuti perintah guru. 8. Jangan sekali-sekali menyembunyikan sesuatu hal kepada guru, dan apabila kita dibilangi didawuhi jangan sekali-sekali ditambah atau dikurangi sedikitpun karena itu ada barokahnya. 9. Murid tidak boleh merubah perkataan gurunya kepada orang lain, dan tidak boleh disampaikan kepada orang lain, apabila tidak ada izin dari guru. 10. Tidak boleh berprasangka jelek kepada guru dan tidak boleh membicarakan kesalahannya guru, murid tidak boleh kecewa sama guru, jika keinginannya tidak dipenuhi, karena kalau guru itu mencegah, itu pasti ada hikmahnya, dan jika disuruh guru, maka cepat-cepat segera melakukannya meskipun itu berat. Dan jika murid ada kebutuhan dengan guru, jangan sekali-sekali menitipkan surat pada orang lain, lebih baik datang kerumah guru langsung dan bilang baik-baik kalau guru disuruh kerumah murid, dan jangan sekali-sekali memaksa, lebih baik minta kelonggaran. Jika guru tidak bisa datang jasmaninya, yang penting dapat doa restunya guru, dan jangan sekali-sekali bilang kalau pak kiai itu guru saya tetapi sekarang tidak guru saya karena sudah tidak mengajar saya. Murid harus menyukai guru dan keluarganya, karena putra putrinya guru itu seperti keluarga sendiri, karena guru itu bapak rohaninya seorang murid, dan bapak kandungnya adalah bapak jasmaninya murid. Dan apabila seorang santri atau murid dapat memahami dan mengamalkan adab atau tatakrama yang ada diatas ini dan ilmu-ilmu yang ada didalamnya, maka bisa tambah makrifatnya, mahabah dan barokah, serta mendapatkan khusnul khotimah akhir yang baik.
Banyak yang tidak menyangka bahwa kehadiran guru saat santri membaca Al-Qur'an sangatlah penting. Selain ada faedah râbithah dan murâqabah ikatan dan kedekatan emosional, juga ada faedah lain, yakni tentu saja mengoreksi apakah cara membaca santri sudah benar atau belum. Ini lebih dari sekadar tentang ilmu ucap melainkan juga ilmu ketika, seorang guru menegur muridnya yang sedang membaca Al-Qur’an sambil tiduran. Sebenarnya, sang murid membacanya bil ghaib alias dengan teknik hafalan. Diam-diam ia membaca dan hanya sesekali mengeraskan suaranya agar pas dan sesuai dengan makhraj. Tak disangka, sang guru mengetahui. Ia mengambil serban lalu memukul sang murid dengan pukulan kasih sayang."Kang, sampeyan baca Al-Qur’an itu memang bernilai ibadah. Tapi apa sampeyan nggak ingat, bahwa Rasulullah SAW itu tidak pernah menerima wahyu sambil tiduran seperti sampeyan itu."Mak deg dalam hati Sang Murid. "Kalau membaca Al-Qur'an itu, bacalah seolah sampeyan membaca di hadapan guru yang menunjukkan. Kamu akan terjaga dari sikap tidak memuliakan wahyu Allah," sang guru melanjutkan"Kalau murid sudah berani hilang adab saat dia sedang disimak guru dalam tingkah ghaib, bagaimana mungkin ia bisa menjaga adab dalam tingkah ghaib di hadapan Rasulullah? Sampeyan tidak pernah melihat beliau. Sampeyan juga tidak pernah hadlir di majelis beliau. Tentu akan lebih mudah bagimu untuk berpaling dari pengawasan beliau."Jedeeerrrr... Seolah apa yang disampaikan Sang Guru ibarat petir yang menyambar di relung hati terdalam dari murid. Tak terasa air matanya menetes. Peluh di sekujur tubuh mulai keluar, dingin, disambut semriwing angin yang menerpa badan. "Wahyu Allah itu turun sebagai petunjuk bagi umat. Ibarat sampeyan ditunjukkan oleh seseorang, kemudian sampeyan bersikap tanpa adab dengan orang yang menunjukkan, apakah sampeyan sudah siap untuk ditinggalkan oleh orang yang menunjukkan itu? Begitulah hendaknya sang murid beradab saat Allah SWT, tunjukkan lewat bulir-bulir kalam ilahi itu. Sikapnya terhadap kalam ilahi adalah cermin kesiapannya untuk diabaikan atau diterimanya ia," sambung sang guru sambil menunjuk ke muka sang murid langsung tersungkur. Kepalanya bersujud, air matanya tumpah. Sambil berbisik ia mengucap, "Astaghfirullahl 'adhim. Hamba tobat, Gusti. Mulai saat ini, hamba berjanji tak akan mengulangi lagi sikap hamba yang kurang adab itu. Ampuni kesalahan hamba, Gusti!" Tangis tersedu-sedu sang murid memecah kesunyian. Lalu tiba-tiba sesosok tangan menyolek-nyolek dengan suara lembut, "Mas... Mas.... Bangun! Waktunya sahur. Jenengan kok keringetan. Lagi masuk angin, ya?"Terkesiap, sang murid itu duduk. "Eh... cuma mimpi ya? Tapi seolah nyata sekali, seperti dalam situasi di gothakan kamar-ku dulu waktu di Pondok. Ah, sang guru hadir dalam mimpiku, masih menjaga adab dan sikapku. Untuk beliau teriring doa, al-Fatihah!"Lalu sang murid beranjak ke kamar mandi. Ambil wudhu, lalu mendekati istri yang sudah menyiapkan santap sahur dan menunggu kehadirannya. "Bismillahirrahmanirrahim..."Ustadz Muhammad Syamsudin, Pengasuh Pondok Pesantren Hasan Jufri Putri, Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur======NU Online mengajak kepada pembaca semua untuk berbagi kisah inspiratif penuh hikmah baik tentang diri sendiri atau orang lain. Silakan kirim ke email redaksi
kisah santri yang taat pada guru