Daftarkitab karya Imam Al Ghazali - Imam Ghozali bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Beliau dilahirkan di Thus pada tahun 1058 Masehi atau tahun 450 H. Beliau kemudian meninggal dunia di Thus pada tahun 1111 Masehi atau 14 Jumadil Akhir 505 H saat memasuki umur sekitar 52 atau 53 tahun. KitabIhya Ulumuddin adalah karya seorang ulama besar, Hujjatul Islam, Al Imam Abu Hamid Ghozali atau Imam Ghozali adalah kitab besar yang sangat berpengaruh di kalangan umat Islam. Ihya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan Imejvia dagangbukuislam. Karya agung Imam al-Ghazali adalah Kitab Ihya’ Ulumuddin. Ihya Ulumuddin bererti menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama. Dalam kitab ini, Imam al-Ghazali mendamaikan tasawuf dengan praktik-praktik non-ortodoks, mendamaikan dengan Islam, dan membersihkan sufisme dari intelektualisme. DownloadKitab Pdf A - Z Download E- Book Agama Pdf A - Z Download Terjemah Kitab Pdf A - Z Downoad Kitab Makna Pesantren A-Z Download Pdf Kitab & Ebook Nahwu Shorof Download Pdf Kitab Syarah A - Z Download Terjemah Kitab Syarah A -Z Download Pdf e-Book Umum A - Z Semoga bermanfaat untuk kita semua .. Amiin Diantaranya Setelah sholat subuh KH. Zaenudin Djazuli mengajar Kitab Asymuni Sarah Al fiyah (ilmu lughot). Sore hari KH. Zaenudin Djazuli mengajar Kitab Fathul Qorib (fiqih), Kitab Ta’lim (moral), Kitab Bidayah (tasawuf dasar), dan setelah Maghrib beliau mengajar Kitab Ihya’ Ulumuddin (tasawuf tinggi), Shohih Muslim (Hadis), subhanallah. KH. Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. Ihya’ Ulumuddin merupakan karya monumental Imam al-Ghazali 450-505 H, ulama sufi terkemuka. Kitab ini sering dijadikan rujukan utama dalam kajian Islam, khususnya dalam bidang tasawuf. Selain bahasa yang digunakan terbilang sederhana dan mudah dipahami, Imam al-Ghazali menyusun kitab Ihya’ Ulumuddin dengan urutan pembahasan yang sistematis. Secara garis besar Imam al-Ghazali membagi kitab ini dalam empat bagian Bagian pertama Rub’ul Ibadat Bagian ini mengupas perihal ibadah dan akidah. Pada bagian pertama ini, Imam al-Ghazali mengurai tata cara dan etika beribadah serta rahasia yang terkandung di dalamnya. Bagian pertama Rub’ul Ibadat Bagian ini mengupas perihal kebiasaan interaksi antar sesama dan sikap wirai dalam bermasyarakat. Pada bagian ini Imam al-Ghazali banyak menjelasakan tata cara dan etika makan, minum, menikah, hingga cara bekerja. Bagian ketiga Rub’ul Muhlikat Bagian ini mengupas perihal sesuatu yang dapat merusak amal ibadah dan akhlak tercela. Pada bagian ini Imam al-Ghazali menjelaskan penyebab-penyebab penyakit hati dan tata cara mengobatinya. Bagian keempat Rub’ul Munjiyat Bagian ini mengupas perihal sesuatu yang dapat menyelamatkan seseorang dan akhlak terpuji. Pada bagian ini Imam al-Ghazali juga menjelaskan bagaimana cara menumbuhkan perilaku terpuji dan buah dari perilaku tersebut. Yang menarik juga dari kitab Ihya’ Ulumuddin adalah cara yang dilakukan Imam al-Ghazali dalam mengurai penjelasan Ihya’Ulumuddin adalah denga membuat perumpamaan tamtsil. Sehingga materi tasawuf yang sering kali dianggap sulit dapat dengan dicerna dengan mudah. Di sisi lain, kekuatan argumentasi yang dibangun oleh Imam al-Ghazali. Hampir di setiap pembahasan, Imam al-Ghazali menampilkan dalil-dalil secara berurutan, mulai dari Alquran dan hadis. Hal tersebut juga didukung dengan perkataan para Sahabat, Tabi’in, pendapat ulama salaf dan diakhiri dengan kesimpulan. Imam Az-Zabidi, sebagai pensyarah kitab Ihya’ Ulumiddin, dalam Kitab Ithaf as-Sadah al-Muttaqin mengatakan, “Saya belum pernah melihat kitab yang dikarang oleh para ahli fikih yang di dalamnya terkumpul antara dalil naql Alquran dan Hadis, ilmu nadzar pemeriksaan dan dalil yang menguatkannya pemikiran dan atsar perkataan para sahabat seperti dalam Ihya’ Al-Ghazali”. Hingga kini, kitab Ihya’Ulumuddin tetap dipelajari di berbagai pesantren dan perguruan tinggi Islam di seluruh dunia. Kehadirannya selalu relevan dalam membumikan ajaran-ajaran tasawuf dalam kehidupan umat Islam, kapan pun dan di mana pun. []waAllahu a’lam Baca jugaRESENSI KITAB MINHAJ AT-THALIBIN Subscribe jugaYoutube Pondok Pesantren Lirboyo MENGENAL KITAB IHYA’ ULUMUDDIN MENGENAL KITAB IHYA’ ULUMUDDIN 0 Kitab Ihya Kitab Iḥya Ulūmiddin termasuk kitab terakhir dikarang oleh Hujjat al-Islam al-Ghazali selanjutnya disebut al-Ghazali. Sesuai dengan arti dari judulnya, kitab Iḥya ditulis dengan tujuan menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama dianggapnya sudah terkubur. Oleh karena itu, wajar jika kitab tersebut banyak mencakup berbagai disiplin ilmu agama, khususnya yang membawa kebahagian di penuturannya, al-Ghazali menerangkan di awal kitab bahwa Iḥya terdiri dari empat rubu, pertama rubu al-ibadat, kedua rubu al-adat, ketiga rubu al-muhlikat, dan keempat rubu rubu ibadat merupakan pembahasan mengenai pengantar mengenai ilmu secara sistematis dan sederhana, ilmu Tauhid secara mendalam, dan rahasia-rahasia ibadah lengkap dengan sudut pandang rubu ini tercakup sepuluh pembahasan, yaitu Kitab al-Ilm, Qawaid al-Aqaid, Asrar al-Thaharah, Asrar al-Shalah, Asrar al-Zakah, Asrar al-Shiyam, Asrar al-Ḥajj, Tilawat al-Quran, al-Adzkar wa al-Daawat, dan Tartīb rubu al-Adat, al-Ghazali membicarakan mengenai adab-adab sehari-hari sampai kepada adab kenabian. Sebagaimana sebelumnya, pada rubu kedua juga tercakup sepuluh pembahasan, yaitu Kitab Adab al-Akl, Adab al-Nikaḥ, Adab al-Sama, Adab al-Kasb, al-Ḥalal wa al-Haram, Adab al-Shuḥbah, al-Uzlah, Adab al-Safar, Adab al-Sama wa al-Wajd, al-Amr bi al-Marūf wa al-Nahy an al-Munkar, dan Akhlaq rubu al-Muhlikat, al-Ghazali mulai menyentuh sisi spritual dengan membahas keajaiban hati, metode riyadhah latihan spritual, serta pengkajian terhadap penyakit-penyakit spritual sesuai dengan al-Qur’ rubu ketiga ini, al-Ghazali juga mengemukakan sepuluh pembahasan, yaitu Kitab Syarḥ Ajaib al-Qalb, Riyadhat al-Nafs, Afat al-Syahwatayn, Afat al-Lisan, Afat al-Ghadhb wa al-Hiqd wa al-Ḥasd, Dzam al-Dunya, Dzam al-Mal wa al-Nakhl, Dzam al-Jah wa al-Riya, al-Kibr wa al-Ujub, dan al-Ghurūr. Kemudian pada rubu al-Munjiyat, al-Ghazali membicarakan maqamat dan aḥwal para sufi sesuai dengan keterangan-keterangan yang bersifat syari dan aqli. Pada rubu keempat ini, juga terdapat sepuluh pembahasan yaitu Kitab al-Tawbah, al-Shabr wa al-Syukr, al-Khawf wa al-Raja, al-Faqr wa al-Zuhd, al-Tawḥid wa Tawakkul, al-Maḥabbah wa al-Syawq wa al-Ridha, al-Niyyah wa al-Shidq, wa al-Ikhlash, al-Muraqabah wa al-Muḥasabah, al-Tafakkur, dan Dzikr motivasi al-Ghazali menulis kitab Iḥya dengan sistematika seperti di atas dikarenakan dua hal -sebagaimana ia ungkapkan sendiri. Pertama, sistematika dan kajian demikian merupakan sesuatu yang dharuri penting. Ini dikarenakan ilmu yang bisa mengantarkan kepada pengetahuan tentang akhirat ada dua, yaitu ilmu muamalah dan mukasyafah. Al-Ghazali menegaskan bahwa kitabnya tersebut hanya bertujuan menyajikan ilmu muamalah agar mudah dipraktekkan secara ilmu mukasyafah hanya dibicarakan melalui simbolik dan isyarat saja, karena para Nabi juga tidak membicarakannya secara eksplisit. Namun terdapat korelasi antara dua ilmu ini, karena ilmu muamalah akan mengantarkan dan membuka khazanah ilmu kedua, keinginan al-Ghazali mengobati “penyakit spiritual” dan membimbing para penuntut ilmu Fiqih. Ini dikarenakan kebanyakan mereka cenderung kepada hasrat duniawi seperti suka pamer dan mencari kepopuleran. Dengan sistematika di atas terutama pada rubu al-Ibadah yang banyak menyentuh dunia fiqih, maka pengajaran spritual dapat mereka serap secara Kitab IḥyaIlmuwan pertama yang melakukan ikhtishar terhadap Iḥya adalah saudaranya sendiri Abu al-Futuḥ Aḥmad al-Ghazali 520 H.. Abu al-Futuḥ memberi judulnya dengan Lubab Iḥya. Setelah itu, langkah ini diikuti oleh Aḥmad bin Musa al-Mawshuli 622 H.. Begitu juga diteruskan oleh Muḥammad bin Said al-Yamani, Muḥammad bin Umar al-Balkhi, Abd al-Khatib al-Maraghi ketika berada di Bayt al-Muqdis, Muḥammad bin Ali al-Ajluni yang masyhur dengan nama al-Hilali, al-Suyuthi 911 H. dan A’ Selanjutnya Para Pengkaji Hadis-hadis dalam Kitab Ihya Ulumiddin Karya Al-Ghazali Ihya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa Tazkiyatun Nafs yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam Al-Ghazali. Hanya saja kitab ini memiliki kritikan, yaitu meskipun Imam Ghazali merupakan seorang ulama namun dia bukanlah seorang yang pakar dalam bidang hadits, sehingga ikut tercantumlah hadits-hadits tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu. Hal ini menyebabkan banyak ulama dan para ahli hadits yang kemudian berupaya meneliti, memilah dan menyusun ulang terhadap takhrij hadits yang termuat di dalam Ihya Ulumuddin. Di antaraulama ahli hadits yang menyusun ulang kitab hadits berdasarkan Ihya Ulumuddin ini adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya Mukhtasar.[1] Ihya Ulumuddin Mukhtasar Minhajul Qashidin ringkasan Minhajul Qashidin revisi dari Ihya UlumuddinPengarangImam Al-GhazaliBahasaBahasa Arab dengan beragam terjemahanGenreTazkiyatun NafsPenerbitBeragamTanggal terbitcirca 500-an H 1100-an MDiikuti olehMinhajul Qashidin, dll Sudah sangat masyhur bahwa Imam al-Ghazali merupakan salah satu ulama terkemuka mazhab Syafi’i. Tidak dapat diragukan lagi kapasitas keilmuaannya. Saking alimnya, beliau mendapat julukan Hujjatul Islam yang berarti bukti atau dalil agama Islam. Kitab-kitab karya beliau terbilang cukup banyak, dan hampir seluruhnya sudah tersebar di berbagai penjuru negeri. Di antara beberapa karyanya yang cukup fenomenal adalah kitab Ihya’ Ulumiddin Menghidupkan Ilmu Agama. Di Indonesia—khususnya di kalangan pesantren—kitab ini merupakan pegangan para santri tingkat paripurna. Dalam dunia pesantren dikenal ungkapan bahwa kurang sempurna bagi seorang santri jika dalam masa nyantrinya belum pernah ngaji kitab Ihya’ Ulumiddin ini. Sayyid al-Qutb As-Syekh Abdullah bin Abi Bakr al-Idrus radliyallahu anhu pernah memuji kedahsyatan Imam al-Ghazali dan kitab-kitab karangannya sebagai berikut أجمع العلماء العارفون بالله تعالى على أنه لا شيء أنفع للقلب وأقرب إلى رضى الرب سبحانه من متابعة الغزالي ومحبة كتبه. وكتب الغزالي لباب الكتاب والسنة ولباب المعقول والمنقول. انتهى. “Para ulama al-arif billah sepakat bahwa tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati dan lebih dekat menuju ridha Allah dibanding mengikuti Imam al-Ghazali dan mencintai kitab-kitabnya. Kitab al-Ghazali merupakan inti sari dari Al-Qur’an dan hadits dan juga inti sari dari sesuatu yang dapat dijangkau oleh akal dan tidak terjangkau oleh akal” Habib Zein bin Ibrahim bin Smith, Al-Manhaj as-Sawi, hal. 249. As-Syekh al-Qutb Abdurrahman as-Segaf bahkan secara khusus menegaskan pentingnya mengkaji kitab Ihya’ Ulumiddin, beliau berkata ومن لم يطالع الإحياء» فما فيه حياء “Barangsiapa yang tidak mengaji kitab Ihya’ Ulumiddin maka ia tidak memiliki rasa malu” Habib Zein bin Ibrahim bin Smith, Al-Manhaj as-Sawi, hal. 249 Namun jika kita menelaah kitab Ihya’ Ulumiddin secara seksama, seringkali kita temukan dalil hadits yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab tersebut banyak yang berstatus hadits dhaif, bahkan hadits yang bertaraf munkar. Lantas apakah hal ini akan tidak menurunkan terhadap kredibilitas kitab Ihya’ Ulumiddin? Ulama terkemuka Damaskus, Syekh Said Ramadhan al-Buthi pernah ditanya hal serupa dalam majelis fatwanya. Beliau menegaskan bahwa pencantuman berbagai hadits dhaif dalam kitab Ihya’ Ulumiddin bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan, sebab Imam al-Ghazali mencantumkan hadits-hadits dhaif tersebut umumnya dalam menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan fadhail al-a’mal keutamaan beberapa pengamalan, bukan sebagai dalil atas penetapan hukum syara’. Sangat masyhur dalam pandangan para ulama hadits bahwa hadits dhaif masih dapat diamalkan dalam ranah fadhail al-a’mal, selama hadits dhaif tersebut tidak terlalu parah kedhaifannya, misalkan sampai bertaraf hadits maudhu’. Berikut penjelasan beliau mengenai hal ini لماذا تكثر الأحاديث الضعيفة والمنكرة فى إحياء علوم الدين للإمام الغزالى وهو الذي يدّعى حجة الإسلام؟ أكثر الأحاديث الضعيفة والمنكرة الواردة فى كتاب إحياء علوم الدين للإمام الغزالى تتعلّق بفضائل الأعمال الثابت فضلها بأدلّة ثابتة أخرى. وعلماء الحديث متفقون على أنه لا ضير فى الإستشهاد بالأحاديث الضعيفة لفضائل الأعمال بشرط أن لا يشتدّ ضعفه وأن لا يوهم الراوي أثناء الإستشهاد بها بأنّها صحيحة على أنّ الله قيّض لهذه الأحاديث من أبرزها وميّزها وبيّن ضعفها وهو الحافظ العراقي فما الإشكال الذي يؤرق بالك من هذا الأمر الذي لا إشكال فيه. “Mengapa banyak hadits dhaif dan hadits munkar dalam kitab Ihya’ Ulumiddin milik Imam al-Ghazali, padahal beliau mendapat julukan Hujjatul Islam? Mayoritas hadits dhaif dan hadits munkar yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulumiddin milik Imam Al-Ghazali berhubungan dengan keutamaan beberapa pengamalan fadhail al-a’mal yang keutamaannya memang tetap dengan beberapa dalil konkrit yang lain. Para ulama hadits sepakat bahwa tidak masalah menjadikan dalil hadits dhaif untuk urusan keutamaaan beberapa pengamalan fadhail al-a’mal dengan syarat sifat lemahnya tidak terlalu parah dan tidak menjadikan salah paham pada pertengahan mendalil bahwa hadits yang disampaikan adalah hadits shahih. Selain itu, Allah juga menetapkan hadits-hadits ini pada seseorang yang menampilkan, membedakan dan menjelaskan kedhaifan hadits-hadits tersebut, dia adalah Al-Hafiz al-Iraqi. Lantas kemuskilan apa yang terbesit dalam hatimu tentang persoalan ini yang sebenarnya tidak perlu dimuskilkan?” Syekh Said Ramadhan al-Buthi, Masyurat Ijtima’iyyat, hal. 149. Baca juga Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berbagai hadits dhaif yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulumiddin sama sekali tidak menurunkan kredibilitas serta kualitas kitab tersebut sebagai kitab rujukan. Sebab mayoritas pencantuman hadits dhaif dalam kitab Ihya’ Ulumiddin ini bukan untuk menjadikan dalil penetapan hukum syara’, tapi dalam ranah menjelaskan fadhail al-a’mal yang telah disepakati kelegalannya oleh para ulama hadits dengan berdasarkan hadits yang dhaif. Wallahu a’lam. Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pesantren Annuriyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember Jakarta Ihya Ulumuddin merupakan salah satu kitab dalam Islam yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa atau tazkiyatun nafs. Kitab ini ditulis oleh Imam Al-Ghazali yang berasal dari Persia. Al-Quran adalah Kitab Suci Umat Islam, Kenali Fungsi dan Keutamaan Membacanya Mengenal Kitab Safinah dan Isinya yang Perlu Dipahami Umat Islam Hukum Mencukur Bulu Ketek, Ini Pandangan Imam Al-Ghazali dan Imam Nawawi Ihya Ulumuddin membahas tentang penyakit hati, pengobatannya, hingga mendidik hati. Kitab ini sering kali dijadikan sebagai rujukan pertama dalam kajian Islam bagi umat Muslim, salah satunya bidang tasawuf. Meskipun begitu, masih banyak umat Muslim yang asing dengan kitab Ihya Ulumuddin. Terlepas dari itu, kitab ini memiliki bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Bahkan urutan dari pembahasannya pun tersusun secara sistematis. Berikut ini ulas mengenai kitab Ihya Ulumuddin dan topik pembahasannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis 23/2/2023.Bacaan Al-Qur'an Merdu Menenangkan Hati Surat Yasiin 36.Hadis, sunnah, Islam. Image by Amirul Islam from PixabayIhya Ulumuddin adalah salah satu kitab dalam agama Islam yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa Tazkiyatun Nafs yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan ciptaan dari ulama terkenal asal Persia, Imam Al-Ghazali. Imam Al-Ghazali menciptakan kitab tersebut dengan nama Ihya Ulumuddin yang berarti menghidupkan kembali pengetahuan agam. Sebab pada masa itu ilmu Islam sudah hampir di sisihkan oleh ilmu-ilmu yang lain terutama oleh filsafat Yunani. Kini, kitab Ihya Ulumuddin dijadikan sebagai rujukan utama dalam kajian Islam, khususnya dalam bidang tasawuf. Hal ini tak lepas dari bahasa yang digunakan terbilang sederhana dan mudah dipahami, Imam al-Ghazali menyusun kitab Ihya’ Ulumuddin dengan urutan pembahasan yang sistematis. Dikutip dari laman Universitas Islam Indonesia, kitab Ihya Ulumuddin merupakan kitab yang mampu menggabungkan antara syariat, akidah, dan akhlak. Meski begitu, para ulama selalu mengkaji kitab Ihya Ulumuddin karena beberapa hadis-hadis yangtercantum tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu. Para ulama yang sering mengkaji ulang, memilah, hingga menysun kembali kitab Ihya Ulumuddin adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya Mukhtasar.Asal Usul Kitab Ikya UlumuddinSeorang Muslim memegang tasbih saat Itikaf di masjid di Kabul, Afghanistan, Selasa 4/5/2021. Selama sepuluh hari terakhir Ramadhan, umat Muslim melakukan Itikaf dengan berzikir, berdoa dan sholat sunnah untuk menantikan malam Lailatul Qadar. AP Photo/Rahmat GulIhya Ulumuddin adalah kitab nasehat yang paling agung. Pada kitab ini terdapat cacatan dan penjelasan yang diringkas dalam 40 bab. Dalam 40 bab tersebut dikelompokkan menjadi empat bagian besar, setiap bagian terdiri dari sepuluh bab. Kitab ini telah dicetak di Mesir berulang-ulang dan di Lukawani pada tahun 1281 H. Selain itu, ada naskah tulisan di Wina, Berlin, dan London, serta di Museum Britania dan Oxford. Kitab ini banyak mengandung penjelasan yang ditulis ulang di antaranya, Ithaf Al-Sadah Al-Muttaqin yang dicetak di Paris pada tahun 1302 H dalam 13 jilid dan di Kairo pada tahun 1311 H dalam 10 jilid. Selain itu, kitab Ihya Ulumuddin juga di teliti dan dikerjakan ulang oleh Ibnu Al-Jauzi, kemudian diberi nama kitab Minhaj Al-Qasidin. Tak hanya itu, terdapat pula naskah tulisan di Darul Kutubil Misriyah dan yang lain di perpustakaan Pembahasan dari Kitab Ihya UlumuddinBerkostum baju koko dan peci khas Uighur, China, para siswa duduk rapi di dalam kelas. Membaca buku hadis Al Bukhari Muslim Aksara. Mega PrastiwiAda beberapa topik pembahasan yang dijelaskan pada kitab Ihya Ulumuddin, antara lain 1 Bab pertama menerangkan tentang ilmu. 2 Bab kedua menerangkan tentang i’tikad keyakinan. 3 Bab ketiga menerangkan tentang rahasia bersuci thaharah. 4 Bab keempat menerangkan tentang keistimewaan shalat. 5 Bab kelima menerangkan tentang rahasia zakat. 6 Bab keenam menerangkan tentang rahasia puasa. 7 Bab ketujuh menerangkan tentang rahasia haji. 8 Bab kedelapan menerangka tentang membaca AlQur’an. 9 Bab kesembilan menerangkan tentang dzikir dan do’a. 10 Bab kesepuluh menerangkan tentang wirid. 11 Bab kesebelas menerangkan kitab adab makan. 12 Bab kedua belas menerangkan kitab adab nikah. 13 Bab ketiga belas menerangkan tentang kitab bekerja dan mencari penghidupan. 14 Bab keempat belas menerangkan tentang kitab halal dan haram. 15 Bab kelima belas menerangkan tentang etika persahabatan. 16 Bab keenam belas menerangkan tentang etika mengasingkan firi. 17 Bab ketujuh belas menerangkan tentang berpergian. 18 Bab kedelapan belas menerangkan tentang as-sima’ wa al. 19 Bab kesembilan belas menerangkan tentang menyeru kepada kebaikan dan cegah kemungkaran amar ma‟ruf nahi mungkar. 20 Bab keduapuluh menerangkan tentang adab kehidupan dan akhlak kenabian. 21 Bab keduapuluh satu menerangkan tentang keajaiban hati. 22 Bab keduapuuh dua menerangkan tentang melatih jiwa. 23 Bab keduapuluh tiga menerangkan tentang menghancurkan dua hawa nafsu nafsu perut dan nafsu farji. 24 Bab keduapuluh empat meerangkan tentang bahaya lisan. 25 Bab keduapuluh lima menerangkan tentang penyakit marah, dengki, dan hasud. 26 Bab keduapuluh enam menerangkan tentang tercelanya dunia. 27 Bab keduapuluh tujuh menerangkan tentang tercelanya sifat cinta harta dan kikir. 28 Bab keduapuluh delapan menerangkan tentang tercelanya gila hormat dan sifat riya’. 29 Bab keduapuluh sembilan menerangkan tentang tercelanya sikap takabbur dan ujub. 30 Bab ketigapuluh menerangkan tentang tercelanya sifat terpedaya. 31 Bab ketigapuluh satu menerangkan tentang tobat. 32 Bab ketigapuluh dua menerangkan tentang syukur dan sabar. 33 Bab ketigapuluh tiga menerangkan tentang berharap kepada Allah dan takut kepada-Nya ar-raja‟ wa alkhauf. 34 Bab ketigapuluh empat menerangkan tentang fakir, zuhud, dan meninggalkan dunia. 35 Bab ketigapuluh lima menerangkan tentang tauhid dan tawakkal. 36 Bab ketigapuluh enam menerangkan tentang cinta, rindu, dan ridha. 37 Bab ketigapuluh tujuh menerangkan tentang niat, keihklasan, dan kejujuran. 38 Bab ketigapuluh delapan menerangkan tentang mengontrol dan mengoreksi diri. 39 Bab ketigapuluh sembilan menerangkn tentang berpikir. 40 Bab keempat puluh menerangkan tentang mengingat kematian.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

kisah dalam kitab ihya ulumuddin